• Berita Terbaru

    Alumni ESQ mengikuti Pelatihan Manajemen Sholat di Menara 165

    Photo bareng -2 Sebanyak 156 alumni ESQ dengan penuh antusias mengikuti Pelatihan Manajemen Sholat menuju Khusyu’ dan Nikmat (MSKN) pada tanggal 10-11 Januari 2009 yang diselenggarakan di Gedung Menara 165 Jl. Simatupang, Jakarta Selatan. Peserta pada pelatihan tersebut langsung dibimbing oleh Instruktur yang juga merupakan penggagas MSKN, Ustadz Ansufri Idrus Sambo, dengan dibantu oleh para asisten trainer. Berita Selanjutnya ….

  • Sekretariat

    Jl. Cempaka G1

    Budi Agung

    Bogor - Jawa Barat

    16710

    Telp. 0251 8315 914

    Fax. 0251 8315 914

    Manajemensholat@gmail.com

    100_3269

  • Translate This Site

  • Aktivitas Info

    Mei 2024
    S S R K J S M
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  
  • Silaturrahim

    • 345.209 pertemuan
  • Arsip MSKN

  • Kategori

  • Tulisan Terakhir

  • Komunitas

    Indonesian Muslim Blogger

2 Oktober

MASJID AL FALAH TAMAN YASMIN VI

PENGAJIAN TANGGAL 2 OKTOBER 2005

PERSIAPAN MEMASUKI BULAN RAMADHAN

Oleh : Ustadz Samboo

 

Pada minggu yang lalu kita telah membahas bab persiapan-persiapan untuk memasuki bulan ramadhan. Ramadhan, sebagaimana telah dibahas pada minggu yang lalu, adalah bulan perang dalam arti perang melawan hawa nafsu (syahrul jihad). Maka siapa yang paling siap dalam menghadapi perang itu, dialah yang akan menuai kesuksesan. Tetapi barang siapa yang mempersiapkan seadanya, biasa-biasa saja, maka tidak adan banyak yang diperoleh pada bulan itu. Misalnya, kalau kita diberi uang “kaget” 1 milyar, diberi waktu satu bulan untuk menghabiskannya, mungkin bagi orang yang awam menghabiskan satu milyar ini sulit caranya. Kalau kita lihat di TV, misalnya, ada orang yang diberi uang “kaget”, malah yang ia beli: sandal jepit, penggorengan, hal-hal yang cemen. Begitu habis waktu, yang habis dibelanjakan hanya sebagian uang saja, karena yang dibeli yang cemen-cemen saja. Padahal jatahnya lebih dari itu. Demikian juga pada bulan ramadhan, Allah menyiapkan begitu banyak macam-macam hadiah, pahala, kebajikan; selesai ramadhan yang dipilih yang cemen-cemen saja, yang besar-besar ditinggal : lailatul qadr-nya lewat. Padahal itu hadiah yang sangat besar. Oleh karena itu di bulan ramadhan ini penting untuk kita mengetahuinya.

Berkaitan dengan masalah ramadhan, ada tiga ilmu yang harus kita persiapkan, yaitu: (1) Makna/hakekat ramadhan beserta hikmah dan manfaatnya, (2) Hal-hal yang merusak ibadah bulan ramadhan. Mengapa lebih dikedepankan amalan yang merusak daripada yang meningkatkan? Ibadah puasa itu adalah meninggalkan sesuatu yang sebelumnya tidak dilarang, bukan untuk mengerjakan sesuatu. Misalnya: meninggalkan makan, minum, apa-apa yang halal. Jadi, lebih dulu meninggalkan, bukan melakukan. Makin banyak kita meninggalkan, berarti makin banyak hal-hal untuk meningkatkan kebaikan. (3) Hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana cara mengendalikan hawa nafsu. Ketiga ilmu itulah minimal yang harus kita kuasai dalam menghadapi bulan ramadhan ini.

I. Makna/Hakekat Ramadhan

Kalau orang sudah mengetahui makna/hakekat beserta hikmah dan manfaat ramadhan, biasanya lebih semangat dalam menjalaninya, karena ia tahu betul. Orang itu biasanya malas karena ia tidak tahu. Kalau kita tidak tahu sesuatu, kita disuruh mengerjakannya, maka akan lain dengan orang yang mengetahui. Misalnya, seseorang yang bukan ahli memasak disuruh memasak, maka ia bisa stress. Tetapi kalau ibu-ibu disuruh memasak, ia akan senang, ia akan semangat; paling tidak ia tidak canggung. Kalau seorang atlet bulu tangkis disuruh main bulu tangkis, maka akan dijalaninya dengan senang dan penuh semangat; karena ia tahu ilmu bermain bulu tangkis. Ini tergantung keahlian seseorang. Makin ahli kita, makin asyik kita mengerjakannya, karena mengetahui maknanya, manfaatnya, dll. Begitu uga ramadhan, makin paham seseorang tentang ramadhan, makin semangat ia menjalaninya. Tetapi sebaliknya kalau tidak paham, akan berpendapat bahwa ramadhan dan bukan ramadhan itu tidak ada bedanya, begitu-begitu saja, beberapa ramadhan “lewat” terus. Bagaimana bisa membuat ramdhan bermakna, wong, orang, ia tidak tahu tentang ramadhan?!

Ramadhan, dari segi bahasa, artinya panas terik atau membakar (syadiidul harri), sangat panas. Sehingga para ulama memaknainya sebagai membakar dosa/kesalahan. Ramadhan uga diartikan sebagai perang, syahrul jihad. Allah menciptakan manusia itu terdiri dari dua unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani. Jasmani itu datangnya dari tanah dan akan kembali ke tanah, seluruh kebutuhan dan kesenangannya ada di tanah. Itulah karakteristik jasmani: tanah. Unsur yang kedua adalah rohani yang datang dari Allah. Kebutuhan dan kesenangannya pun langsung dari Allah. Allah berfirman dalam surat As Sajdah (32) : 7 – 9:

clip_image001

Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Posisi hawa nafsu letaknya di jasmani. Makanya hawa nafsu itu akan habis ketika orang itu mati. Dalam salah satu sabdanya Nabi menyatakan bahwa manusia itu tidak akan pernah puas: diberi satu lembah emas, ingin lembah yang kedua. Diberi lembah emas yang kedua, ingin lembah yang ketiga, dst. Ia tidak akan pernah puas sebelum mati. Ia akan puas kalau sudah berkumpul dengan tanah (mati). Tanah itu diidentikkan dengan sesuatu yang rendah, sedangkan rohani itu sesuatu yang datang dari Allah, diidentikkan dengan sesuatu yang tinggi. Maka hawa nafsu itu berbuat sesuatu yang rendah, rohani itu berbuat sesuatu yang tinggi/mulia. Kalau ada orang yang menyatakan bahwa manusia itu pada hakekatnya baik, itu berarti tinjauannya rohani. Ada lagi orang yang menyatakan bahwa manusia itu pada dasarnya buruk, berarti tinjauannya jasmani. Dua-duanya benar. Orang Barat mengambil teori tinjauan yang kedua: manusia itu pada hakekatnya buruk. Asad kita kalau sudah mati akan kembali ke tanah, tetapi ruh akan kembali kepada Tuhan. Bagi mereka ini tidak diketahui. Pelajaran psikologi yang mereka kembangkan ya pelajaran psikologi jasmani. Mereka tidak pernah mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan ruh. Kalau keputusannya berdasar agama, ia akan tahu tentang hal itu; tetapi kalau didasarkan akal, maka yang nampak hanya jasmani. Karena unsurnya berbeda, yang satu dari bumi dan satunya lagi dari Allah, maka terjadi tarik menarik pada diri masnusia. Jasmani lebih kuat ke bumi, tetapi rohani lebih kuat tarikannya ke langit. Kalau ada orang yang lebih tertarik ibadah, berbuat kebaikan, dll., berarti tarikan rohani lebih dominan. Tetapi kalau asyiknya mengumpulkan dunia, bersifat materi; hawa nafsunya lebih dominan.

Dalam surat Asy Syams (91) : 8 – 10, Allah berfirman:

clip_image002

maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Takwa itu letaknya di rohani, sedang fujur letaknya di hawa nafsu. Allah memberikan dua potensi: takwa (baik) dan fujur (buruk). Fujur letaknya di jasmani kita, sedang takwa terletak di rohani kita. Kalau kita cenderung ke takwa, berarti rohaninya berkuasa, tetapi kalau cenderung menyimpang, hawa nafsunya atau jasadnya yang dominan.

Unsur bumi itu kalau diikuti terus bisa menyesakkan dada. Hawa nafsu itu kalau diikuti bisa menyesakkan dada. Makanya berpuasa itu lebih ke rohani kita, jasmani dibatasi. Semua ibadah itu menghidupkan rohani, menekan kenikmatan jasmani. Ibadah apa pun sifatnya menekan kenikmatan jasmani. Tetapi sebaliknya, kalau jasmani dihidupkan, rohani akan tertekan. Keduanya saling mengeliminasi. Kita harus memilih, mana yang lebih dihidupkan? Dalam ibadah, jasmani dibatasi, dikendalikan. Shalat, misalnya, enak-enak kera, main-main; disuruh berhenti: shalat. Puasa apalagi: makan, minum, tidur, dll, semua ditekan, dikendalikan, diatur. Dalam puasa angan banyak tidur, malam kurangi tidur. Infaq juga demikian, menekan kenikmatan jasmani, harta ditekan. Haji apalagi, banyak kenikmatan dunia yang ditekan. Kalau ada orang pergi haji lalu banyak belanjaannya, itu perlu dipertanyakan. Bahkan ada yang bawa HP, pekeraannya sms melulu. Memang ada manfaatnya, tetapi jangan sedikit-sedikit sms; kapan ibadahnya? Pernah terjadi sms nyasar, dikabarkan anaknya di rumah sakit, sakit parah, sampai pulang hajinya. Setelah sampai di rumah ia kecele. Itu gara-gara sms.

Allah berfirman dalam surat Shaad (38) : 26;

clip_image003

Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

Unsur bumi itu hina, seperti dijelaskan dalam ayat-ayat di atas bahwa jasmani manusia itu diciptakan dari air yang hina, dari sperma. Sedangkan ruh ditiupkan oleh Allah setelah 4 bulan jasmani manusia terbentuk. Makanya dalam kaidah kedokteran, setelah 4 bulan itu baru terdengar detak jantungnya. Kalau rohani tidak ada, maka manusia akan kacau. Kita lihat, misalnya, di negeri-negeri orang kafir di mana rohaninya tidak terjaga, kacau seperti kehidupan binatang. Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa orang-orang kafir itu diibaratkan seperti binatang. Firman Allah dalam surat Al A’raaf (7) : 179:

clip_image004

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Dalam surat Al Furqon (25) : 43-44 dijelaskan pula perumpamaan orang yang mengikuti hawa nafsunya seperti binatang:

clip_image005

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).

Di negara-negara yang penduduknya kafir, laki-laki senang kepada laki-laki, tidad ada ikatan suami-isteri, suami ke mana – isteri ke mana?, kacau. Yang membedakan kita dengan binatang adalah ruh kita: iman, akal (rohani). Gunanya ramadhan di antaranya adalah dengan tujuan (inti) takwa, kebaikan lebih dominan daripada fujur. Makanya ujungnya ramadhan adalah ketakwaan (Al Baqarah : 183):

clip_image006

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Dalam surat Asy Syams tadi dijelaskan bahwa manusia itu mempunyai sifat fujur dan takwa. Fujur ada pada jasmani dan takwa adalah rohani. Puasa ini dilaksanakan agar rohani hidup, la’alakum tattaquun. Unsur rohani hidup, maka yang ditekan adalah unsur jasmaninya. Makanya semua kenikmatan jasmani ditekan: kenikmatan makan, minum; dikendalikan. Cuma sayang, di mana siangnya dikendalikan, begitu buka puasa, lepas kendali. Akhirnya tidak ada makna puasa: dodol, jengkol, cendol, tongkol; lengkap semua dimakan. Seharusnya ramadhan itu kan terjadi penghematan dari segi konsumsi, tetapi kenyataannya pengeluarannya bertambah. Makanya banyak orang yang menganggap bahwa puasa itu tidak ada spesialnya, makan malah tambah banyak, semua makanan dikeluarkan. Bahkan di 10 hari terakhir yang mestinya lebih mengikat pinggang, mengurangi tidur, karena ini puncaknya ramadhan; ‘it’qaf: tinggalkan urusan dunia. Tetapi ini malah sibuk memikirkan: mudik, belanja, dll. Bagaimana bisa terjadi perubahan, kalau seperti ini?

Tujuan ramadhan adalah agar rohani kita hidup dan nafsu bisa dikendalikan, bukan dibunuh. Kalau kita pelajari kehidupan para nabi atau para sahabat, mereka tidak meninggalkan dunia (hawa nafsu). Kita tidak boleh menghilangkan hawa nafsu, tetapi dibatasi betul. Kalau dalam satu bulan rohani kita hidup, bisa menguasai jasmani; diharapkan bulan-bulan berikutnya lebih mudah kita mengendalikan jasmani. Tetapi kalau dalam satu bulan itu kita tidak bisa melatih rohani, tidak bisa mengendalikan jasmani, jangan pernah berharap bulan berikutnya rohani kita bisa mengendalikan jasmani. Bayangkan, ibarat kita perang, bertinju, musuh sudah diikat (syaitan sudah diikat), maka dengan mudah mestinya ia bisa dikalahkan. Sekarang musuhnya sudah diikat saja kita tidak bisa menang, apalagi kalau dilepas? Babak belur kita. Coba kalau kita bisa mengendalikan hawa nafsu, terasa enak di badan. Islam itu berkah, tidak akan didapatkan hal yang demikian itu di luar Islam. Oleh karena itu, mari di bulan ramadhan ini kita hidupkan rohani kita, tekan unsur jasmaninya, tetapi bukan membunuh hawa nafsu.

Enaknya makan, minum, tidur, pakai baju, punya isteri, punya anak; itu semua disebabkan oleh hawa nafsu. Jangan dibunuh. Kalau tidak ada itu, berarti kita mati. Maka oleh rasulullah dilarang sahabat yang tidak makan, tidak minum, tidak tidur, meninggalkan isteri. Itu dilarang. Jangan membunuh hawa nafsu, yang ada harus dikendalikan. Jangan sampai, misalnya, karena tidak bisa mengendalikan syahwat, potong! Kalau tidak ada “itunya” lalu tidak ada syahwat, itu tidak hebat. Tetapi kalau “punya”, bisa dikendalikan, itu baru hebat. Tidak sanggup mengendalikan mata, butain! Baru hebat kalau punya mata jelalatan, tetapi bisa mengendalikannya. Tidak bisa mengendalikan diri, lalu pergi ke hutan/gua agar tidak banyak dosa, itu tidak hebat. Yang hebat adalah ketika rame-rame, bisa mengendalikan diri. Makanya ada sahabat yang sehari-harinya ibadah di masjid, disuruh pergi oleh rasulullah untuk juga bekerja. Jadi yang diperlukan itu bukan membunuh hawa nafsu, tetapi mengendalikannya.

Setelah mengetahui mmakna ramadhan, kini kita ingin bahas apa manfaat ramadhan? Nabi bersabda bahwa salah satu manfaat puasa adalah sehat, “shommuu tasyihuu, berpuasalah, kamu pasti akan sehat”. Para ulama mengkai apa itu sehat menadi 5 (lima) macam, yaitu: (1) sehat spiritual, (2) sehat akal/intelektual, (3) sehat emosional, (4) sehat fisik, (5) sehat sosial, dan (6) sehat finansial.

1. Sehat Spiritual

Sehat ini ditandai dengan rajin beribadah, enggan berbuat maksiat. Kalau ada orang yang semangat ibadahnya, malas berbuat maksiat, berarti ia sehat spiritualnya. Tetapi sebaliknya, yang senang berbuat maksiat, ibadah malas; berarti spiritualnya sakit. Orang yang sakit spiritualnya: ngaji nggak enak, shalat nggak enak. Makanya, kalau ada orang mengatakan, “Saya shalat biasa-biasa saja tuh, tidak ada bedanya”, pertanda orang itu spiritualnya sakit. Seperti halnya kalau kita makan nasi, kalau rasanya tidak enak, itu pertanda sakit.

2. Sehat Akal/Intelektual

Orang yang sehat intelektualnya, akalnya; ia cerdas. Orang berpuasa itu cerdas-cerdas. Orang beriman itu cerdas-cerdas. Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa kebodohan itu diidentikkan dengan kemaksiatan. Allah berfirman dalam surat An Nisaa’ (4) : 17:

clip_image007

Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa berbuat kesalahan/dosa itu karena kebodohan. Artinya, orang yang berbuat maksiyat itu adalah orang yang bodoh. Karena kalau ia pintar, ia tidak akan berbuat maksiyat. Orang yang spiritualnya bagus, ia orang yang cerdas. Imam Syafi’i pernah tidak bisa menghafal, padahal beliau itu orang yang mudah menghafalkan sesuatu. Suatu saat ia membaca, tetapi tidak hafal-hafal. Bolak-balik membaca, juga tidak hafal-hafal. Ia bingung, mengapa bisa begini? Ternyata setelah diteliti, ternyata ia tidak sengaja melihat betis perempuan. Itu baru tingkat tidak sengaja, kalau kita? Makanya dikatakan: al ilmu nuurun, ilmu itu adalah cahaya. Ia tidak akan masuk ke dalam hati yang gelap. Orang yang spiritualnya bagus, hatinya terang, ilmu mudah masuk. Allah berfirman dalam akhir ayat 282 surat Al Baqarah:

clip_image008

Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Kalau kita bertakwa, Allah akan memberikan ilmu kepada kita. Makanya orang beriman itu pintar-pintar. Kalau kita terbalik, orang yang beriman biasanya bodoh. Makanya membingungkan kalau orang Islam itu bodoh. Wong mencari ilmu itu kewajiban, “Tholabul ‘ilmi faridhotun ‘alal muslimiina wal muslimat”. Banyak ayat yang berkaitan dengan ilmu. Jadi, kalau spiritual sehat, maka akl pun akan menjadi sehat, cerdik berpikir, dll.

3. Sehat Emosional/Mental

Orang yang beriman itu mentalnya stabil. Makanya ramadhan itu melatih agar emosionalnya stabil. Kalau ada orang yang mengajak gelut, katakan: “Inni shooimun, inni shooimun, inni shooimun” (Aku puasa, aku puasa, aku puasa). Tiga kali disebut “Aku puasa”. Kalau empat kali tetap menantang, masih juga ngjak berantem? Bukan berarti kalau empat kali ngajak berantem, terus diladenin. Hal itu menunjukkan bahwa kita harus menjaga emosi. Orang yang benar puasanya, emosinya akan stabil, tidak mudah marah.

4. Sehat Fisik

Dengan puasa, sehat secara fisik jelas, telah dibuktikan secara klinis kedokteran. Dari penelitian ditemukan bahwa 80% sumber penyakit berasal dari perut: kolesterol, jantung, kanker, diabetes, asam urat, dll. Puasa itu adalah proses detoksivikasi. Dengan puasa, toksin, racun-racun itu akan terbuang. Makanya pantas kalau puasa hari pertama hingga hari ketiga itu suka pusing. Itu proses pembuangan racun. Tetapi kalau hari keempat atau satu minggu terus pusing, itu pertanda sakit; harus ke dokter. Makanya orang sebelum diperiksa atau dioperasi disuruh puasa dulu, supaya tahu penyakitnya. Kalau puasa, racun keluar sehingga bisa dideteksi. Ini kalau puasanya benar, kalau tidak benar ya sakit-sakit melulu.

5. Sehat Sosial

Ramadhan adalah bulan sosial. Rasulullah itu pada bulan ramadhan sedekahnya bagaikan angin: wush …. wush……wush. Nabi menyuruh agar di bulan ramadhan ini perbanyaklah sedekah.

6. Sehat Finansial

Bulan ramadhan, karena harus sedekah, berarti harus ada dana. Orang beriman itu memang rejekinya lancar. Orang yang beriman itu sebenarnya tidak ada yang miskin. Kalau ia miskin, memang karena ia ingin miskin. Rasulullah itu orang kaya, Abu Bakar itu orang kaya, Umar itu orang kaya; tetapi mereka miskin karena keinginannya. Oleh karena itu bagi orang yang beriman, dalam menyambut bulan ramadhan ini agar bisa sedekah, harus mempersiapkan danya dengan lebih rajin dan semangat dalam rangka mendapatkan dana untuk jihad.

Tinggalkan komentar